Philippe Coutinho: Teka-Teki untuk Aston Villa

Tidak ada yang namanya mengganti 20 gol yang dihasilkan seorang striker dengan 20 gol juga.
Tim yang cerdas akan menjual pemain terbaiknya dengan harga selangit dan memperkuat timnya secara keseluruhan dengan menggunakan uang hasil pembelian itu. Alih-alih mengganti Jack Grealish dengan gelandang kiri yang sama hebatnya, Aston Villa memperkuat timnya dengan pemain seperti Leon Bailey, Danny Ings, Emiliano Buendia, dan Ashley Young. Kombinasi antara pemain yang baru memasuki dan mengakhiri usia prima ini diharapkan dapat menguatkan tulang punggung Villa secara jangka pendek maupun jangka panjang. Buendia diharapkan dapat menambah dimensi baru pada serangan dan pertahanan Villa — selain produktivitas Buendia dalam melancarkan serangan, dia juga merupakan seorang penekan yang jitu; Ings adalah striker klasik dengan mobilitas tinggi dan sontekan yang tajam; Bailey adalah penggiring bola dan pemulai serangan yang diubah oleh Peter Bosz menjadi target pada saat serangan balik dimulai; dan terakhir, Young adalah pemain sayap serba bisa yang sudah memiliki banyak pengalaman.
Namun, setelah berjalannya waktu, Villa belum bisa menjaga performa konsisten selama jalannya Liga Inggris; tidak terdapat peningkatan yang signifikan terhadap performa xG. Semenjak cedera dari Jack Grealish — hingga kepergiannya, Villa terjebak dalam produksi xG yang medioker (perlu diingat juga bahwa rata-rata xG Villa banyak dipengaruhi oleh Grealish), dan akhirnya merosot drastis ketika Villa mengalami 5 kekalahan beruntun (yang membuat Dean Smith dipecat).



Hal ini juga tidak dibantu dengan pertahanan setelah transisi Villa yang buruk; rentan jebol dalam transisi, yang salah satunya disebabkan oleh struktur pra-transisi yang buruk. Di bawah ini, diskoneksi antara pemain Villa menyebabkan mereka rentan untuk terkena serangan balik. Jarak antarpemain yang jauh ketika Villa menyerang menyebabkan pemainnya kesulitan untuk meraih bola kembali dalam fase transisi.



Hal ini berkontribusi pada performa pertahanan terburuk Villa dalam hampir 1.5 musim, yang berujung pada pemecatan Smith, dan kemudian akan digantikan oleh Steven Gerrard.

Untuk menanggulangi kekurangan dalam dua aspek ini, selain mengubah skema permainan (yang akan dijelaskan di paragraf selanjutnya), Villa juga membeli Lucas Digne serta meminjam (dengan opsi pembelian) Philippe Coutinho. Kedatangan Coutinho merupakan salah satu yang terbesar dalam sejarah Villa; Coutinho merupakan pemain dengan pengalaman tinggi yang performanya sudah terbukti di Liga Inggris. Namun, memasukkan Coutinho merupakan salah satu risiko yang besar.
Coutinho dan Copernicus: Hal besar akan selalu tergantikan dengan yang lebih besar

(…) Matahari adalah pusat dari segalanya. Dalam kuil terindah (Matahari) ini, siapa yang mampu menaruh lampu ini dalam posisi lain atau lebih baik dimana itu (Matahari) dapat menerangi segalanya dalam waktu yang sama? Maka, tidaklah salah bagi beberapa orang untuk menyebut Matahari sebagai lentera, pikiran, dan penguasa alam semesta.
- Nicolas Copernicus, De Revolutionibus Orbium Cœlestium, Libri VI
Konsep heliosentrisme kira-kira dapat dianalogikan seperti ini: Bumi mengelilingi Matahari sebagai pusat alam semesta; Benteke, Lallana, dan Firmino mengelilingi Coutinho. Dikarenakan pusat orbit tersebut memiliki energi yang paling banyak, mereka memiliki kuasa untuk mengatur orbit-orbit di sekitarnya. Dan hal ini terlihat dari produksi Coutinho; ia menjadi pemain utama yang mengatur orkestra serangan Liverpool. Ketika bola berada di kaki Coutinho, ia sudah tahu 2–3 langkah selanjutnya. Ia tahu dimana temannya berada — atau akan berada, momentum bek lawan mengarah ke mana, dan kekuatan umpan yang akan ia lesakkan.

Di Barcelona, Coutinho sang pusat serangan bertemu dengan pusat serangan Barcelona, Lionel Messi. Saat dirimu bermain di satu tim yang sama dengan pemain terhebat sepanjang masa, kamu harus beradaptasi dengan cara berkompromi; mengorbankan kebiasaan untuk meminta bola, menjadi pusat perhatian, dan menciptakan peluang sendiri, untuk menjadi pemain yang lebih cerdas dalam memanfaatkan dan menciptakan ruang kosong, serta memahami bagaimana pemain lainnya mengitari orbit Messi. Coutinho sebenarnya sempat menjadi pengatur orkestra Bayern Munich, pada musim 2019–20, namun mengalami inkonsistensi setelah beberapa pertandingan, terkena cedera, dan akhirnya menjadi penghangat bangku cadangan setelah lanjut bermain lagi pada bulan Juni.





David Villa, yang sebelumnya merupakan striker serba bisa dan tajam, telah mengorbankan dirinya ketika bermain dengan Messi, dengan memanfaatkan keahliannya dalam membuka ruang. Luis Suarez dan Neymar mampu membuat simfoni indah; meleburkan diri mereka dengan Messi untuk mendapatkan treble di musim pertama mereka. Tim terhebat di dunia adalah tim yang dapat menyeimbangkan antara keahlian individu dengan jalannya sistem yang diterapkan oleh pelatih. Coutinho kewalahan dalam mengikuti hal tersebut. Ia tidak mampu untuk sepenuhnya melebur dengan Messi, menghilangkan kebiasaannya untuk meminta bola, dan membuka ruang untuk rekan timnya. Bisa dilihat di bawah bahwa Coutinho masih mengalami kesulitan untuk mengikuti pola permainan Barcelona.


Dan pada akhirnya, kita mulai mengerti tentang bagaimana pemain yang jarang dilabeli sebagai pemain “bintang” seperti Pedro lebih sukses ketika bermain di Barcelona dibandingkan dengan Coutinho. Ia paham bahwa “tunduk” ke Messi merupakan hal terbaik yang bisa ia lakukan untuk kebaikan tim, serta memiliki kemampuan yang cocok untuk melakukan hal itu. Pedro merupakan salah satu predator celah yang paling jitu pada masa puncaknya, serta mengerti bahwa kekuatan Messi adalah menarik perhatian dari musuhnya. Ingat misdirection overflow dari Kuroko?

Seiring berjalannya waktu, heliosentrisme mulai tergantikan dengan teori lain, terutama hukum relativitas umum, dimana segala benda di alam semesta — atau di dimensi ruang dan waktu — akan tunduk pada benda lain yang memiliki massa lebih tinggi. Matahari bukanlah pusat dari alam semesta — seperti Coutinho bukanlah pusat dari Barcelona, melainkan hanya sebuah bagian dari kekuatan yang lebih besar. Dan usaha Coutinho untuk melebihi pengaruh Messi, layaknya jika Matahari dapat berpikir dan berusaha untuk mengalahkan pengaruh bintang yang lebih besar, merupakan suatu hal yang sudah melanggar ketentuan dari alam semesta; sebuah kesia-siaan yang pasti.
Mitosis tak sempurna nomor 10 di Aston Villa-nya Gerrard

Proses pembagian nukleat, pembelahan kromatin dari sebuah nukleus.
Pada tahun 1882, anatomis dari Jerman, Walther Flemming, mencetuskan istilah mitosis, yang dia ambil dari istilah Yunani mitos yang berarti “benang ira”, dan -osis, sebuah elemen pembentuk kata dari Latin Modern yang berarti “perbuatan, proses.” Ia menyebutnya dengan istilah tersebut karena kromatin dari nukleus sel yang ia teliti menampakkan dirinya sebagai benang yang panjang pada fase pertama. Proses mitosis meliputi penjiplakan tiap kromosom di benang spindel; pergerakan yang dipicu oleh benang spindel ini nantinya akan memisahkan kromosom yang sudah menjadi duplikat menjadi dua set yang berbeda dan kemudian bergerak ke arah yang berlawanan dari sebuah sel. Sel baru yang kemudian akan terbentuk meluputi semua gen yang dibutuhkan untuk tumbuh dan membelah lagi.
Villa bermain dengan skema yang mirip dengan 4–3–2–1 di kertas, dengan dua nomor 10 bermain di belakang penyerang, layaknya sel yang sudah mengalami mitosis. Pasangan nomor 10 dan penyerang sering bermain sebagai sebuah unit segitiga yang luwes dalam berotasi di tengah lapangan. Ketika musuh sedang menggulirkan bola dari kiri ke kanan untuk melihat celah, segitiga kecil ini berusaha untuk menjaga daerah berbahaya sebagai sebuah unit, terutama bagian tengah — barisan ketiga dari pertahanan berusaha untuk menghentikan umpan yang sampai di bek sayap.

Tugas kedua nomor 10 ini sendiri adalah menutup celah pertahanan apabila gelandang tengah-sayap meninggalkan tempatnya; contohnya, pemain dengan daya kinerja yang tinggi seperti Buendia mundur ke belakang ketika gelandang tengah-sayap Villa kecolongan, atau menjaga pelari yang berusaha masuk menuju kotak penalti. Hal ini menjadi keuntungan bagi Villa, karena mereka mampu memainkan gelandang tengah berorientasi menyerang seperti Jacob Ramsey — yang dapat beroperasi sebagai box-to-box maupun 10, atau bahkan bek/bek sayap/gelandang kanan seperti Young untuk menambahkan pertahanan ekstra.

Tugas tiga serangkai ini dalam serangan sekiranya sederhana; tetap jaga bentuk segitiga kecil ini seoptimal mungkin sembari mencari celah untuk menerima umpan dan ketika mendapatkan kesempatan terbuka. Sebagai contoh: Buendia merupakan pemain cekatan yang berusaha untuk meminta bola dari gelandang tengah-kiri Villa, Douglas Luiz. Ramsey berada sedikit di depan, bersiap-siap untuk melakukan kombinasi dengan Watkins apabila Buendia mendapatkan bola.

Namun, terdapat perbedaan antara mitosis dari sel dan mitosis dari posisi nomor 10 Villa; jika mitosis sel akan menghasilkan 2 sel yang serupa, para pemain Villa memiliki kemampuan yang berbeda. Dikarenakan posisi nomor 10 memberikan kebebasan pada pemainnya, namun juga mempunyai tanggung jawab yang tinggi, Gerrard sering melakukan rotasi terhadap pasangan nomor 10 di Villa. Sebagai contoh, karena Crystal Palace merupakan tim yang sering membangun serangan melalui sisi kanan, Gerrard menaruh Young di nomor 10 kiri untuk menghentikan serangan, dan Bailey di nomor 10 kanan untuk memaksimalkan sisi kiri dari Palace yang akan kosong ketika serangan balik.


Di pertandingan lain, ketika melawan Liverpool, Young kembali ditaruh, sekarang bersama Ramsey. Pemilihan ini masuk akal karena Ramsey merupakan pemain yang tenang dalam tekanan; Liverpool merupakan tim terbaik di Liga Inggris, atau bahkan dunia dalam hal menutup celah.

Skema 4–3–2–1, dulunya, memantapkan reputasi Carlo Ancelotti sebagai pelatih ramah pemain bintang. Hal ini salah satunya disebabkan oleh kemudahan dalam memasukkan pemain bintang dalam line up. Peran nomor 10 dobel ini dapat memberikan ruang yang leluasa bagi pemainnya untuk berkreasi. Jika dilihat dengan lebih seksama, jika 4–3–3 merupakan 4–5–1 dengan sayap yang maju, 4–3–2–1 merupakan skema di mana gelandang tengah dari 4–5–1 digeser ke depan. Maka, tugas pertahanan dari nomor 10 dobel ini adalah dengan menjaga bola dari musuh dalam mencapai pivot dan juga menutup celah yang ditinggalkan oleh gelandang tengah-sayap ketika bertahan.
Mitosis nomor 10 dari pemain Villa memang tidak sempurna, dan pemainnya mengandung keahlian yang berbeda. Namun, perbedaan kekuatan ini sebenarnya merupakan sebuah kelebihan; mereka saling menutupi kelemahan satu sama lain dalam jalannya permainan.
Menncocokkan puzzle Coutinho
Coutinho adalah pemain dengan output tinggi (sering menyentuh bola dan menciptakan peluang) yang sering menerima bola di half-space dan sangat pandai dalam membaca pergerakan pemain, menggiring bola, dan melakukan kombinasi 1–2; ia merupakan pilihan yang sempurna untuk nomor 10 di kiri.
Jika Gerrard berusaha untuk meningkatkan efektivitas dalam melaksanakan serangan, Coutinho dapat dipasangkan dengan Bailey dan Watkins, karena Bailey sudah terbiasa dalam memanfaatkan celah pertahanan dan Watkins nyaman dalam melakukan rotasi serangan; mereka berdua akan mengitari orbit Coutinho. Jika musuh bermain dengan pertahanan yang rendah dan ketat, Coutinho dapat dipasangkan dengan Ramsey. Jika musuh tersebut berbahaya dalam menyerang, namun Villa masih mempunyai peluang dalam menggigit balik, Coutinho dapat dipasangkan dengan Young.
Pertanyaan terbesar dari ini adalah memasangkan Coutinho dengan Buendia. Keduanya adalah pemain dengan volume output yang tinggi. Nilai plus dari ini adalah kerja keras Buendia yang tinggi; nilai minusnya adalah salah satu dari mereka harus melakukan kompensasi ketika menyerang, dan bisa dibilang kedua pemain tersebut tidak bisa melakukannya secara maksimal. Villa dapat kecolongan dalam transisi jika keduanya berpisah terlalu jauh karena terlalu mengambil risiko dalam meminta bola.
Jika Gerrard ingin menjadi pragmatis, bisa jadi ia sering mencadangkan Coutinho, dikarenakan usahanya dalam bertahan, menutup celah, dan menjaga struktur ketika transisi bertahan yang minim. Bisa dilihat di bawah, counter-press dari Barcelona tidak maksimal karena Coutinho tidak menutup celah secara cekatan.


Namun, salah satu permasalahan dari Villa adalah rendahnya hasil produk serangan yang sudah menggerogoti mereka, terutama setelah kepergian Grealish. Faktor estetika juga sedikit berlaku dalam meningkatkan momentum; jarang sekali ada pemain yang dapat membuat tribun Villa Park berdecak kagum, pengecualian untuk Grealish.
Coutinho adalah pisau bermata dua, dan Villa telah bertaruh banyak dengan mendatangkannya. Dia merupakan pemain dengan bakat yang sangat tinggi, namun memiliki kontribusi bertahan yang rendah dan kurang optimal ketika dia tidak menggiring bola. Akan sangat menarik dalam melihat kariernya di Aston Villa; apakah dia akan menjadi bagian dari legenda the Villans, atau sebaliknya, merupakan kesalahan yang akan mengingatkan kita pada masa-masa Radamel Falcao di Liga Inggris.
Catatan:
Apresiasi pada Raihan karena telah sangat membantu penulis dalam membuat visualisasi data yang mendukung penjelasan dari penulis. Jika tertarik dalam pembuatan visualisasi data atau ingin melihat karya-karyanya, Anda bisa mengunjungi Twitter-nya, @myusufraihan
Data penunjang: FBRef, SofaScore
Sumber gambar: Bola.net, Footballia, Mola TV, YouTube, ScienceDirect